Add caption |
Ada sebuah cerita yang pernah saya baca dari buku yang ditulis oleh Arvan Pradiansyah tentang seorang guru dan murid yang paling disayanginya. Suatu sang guru itu menyuruh seluruh muridnya untuk membeli seekor ayam. Masing-masing disuruh menyembelih ayam itu di tempat yang tak seorangpun dapat melihatnya. Sang guru hanya berpesan agar mereka kembali paling lambat saat matahari terbenam.
Saat mereka kembali, semua murid membawa ayam sembelihan mereka ke hadapan sang guru. Namun anehnya murid kesayangan itu kembali dengan membawa seekor ayam yang masih hidup. Tentu saja hal ini menjadi bahan tertawaan murid-murid yang lain.
Si Guru kemudian menanyakan bagaimana mereka menjalankan perintahnya. Murid pertama mengatakan bahwa ia membawa ayam itu kerumahnya, mengunci pintu kemudian menyembelihnya. Murid kedua mengatakan bahwa ia membawa ayam tersebut ke rumahnya, mengunci pintu, menutup tirai, kemudian masuk kedalam lemari tertutup, lalu menyembelihnya. Murid ketiga juga membawa ayam itu ke dalam lemari tertutup, namun ia menutup matanya dengan kain sehingga ia sendiripun tak melihat proses penyembelihan tersebut. Murid lainnya pergi ke aderah gelap, yang terpencil di dalam hutan. Murid terakhir pergi ke sebuah gua yang gelap gulita.
Akhirnya tibalah giliran murid yang termuda. Ia menundukkan kepalanya dengan malu. Ayamnya masih berkotek di dalam pelukannya. Dengan nada lirih ia berkata, " Aku telah membawa ayam ini ke dalam rumah. Tapi tuhan berada disegala sisi rumah itu. Aku pergi ke tempat paling terpencil di hutan, tetapi Tuhan tetap ikut bersamaku. Bahkan di gua paling gelap sekalipun Tuhan berada disana. Tak ada satu tempatpun dimana Tuhan tak dapat melihatku." Sejak saat itu kecemburuan murid-murid yang lain langsung sirna. Mereka sadar mengapa sang guru paling mencintai muridnya yang satu ini.
Teman-teman sekalian, andaikan saja semua orang di Indonesia berperilaku seperti murid ini tadi, maka masalah korupsi yang menjadi musuh kita bersama akan segera selesai. Merasakan kehadiran Tuhan adalah wujud tertinggi dari kejujuran dan integritas seseorang. Perilaku ini seringkali kita tunjukkan saat berpuasa. Bukankah tak ada orang yang tahu kalau kita menelan seteguk air? Namun betapapun kita tak mau melakukannya karena kita tahu Tuhan senantiasa ada di dekat kita. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan bertakwa.
Akhirnya tibalah giliran murid yang termuda. Ia menundukkan kepalanya dengan malu. Ayamnya masih berkotek di dalam pelukannya. Dengan nada lirih ia berkata, " Aku telah membawa ayam ini ke dalam rumah. Tapi tuhan berada disegala sisi rumah itu. Aku pergi ke tempat paling terpencil di hutan, tetapi Tuhan tetap ikut bersamaku. Bahkan di gua paling gelap sekalipun Tuhan berada disana. Tak ada satu tempatpun dimana Tuhan tak dapat melihatku." Sejak saat itu kecemburuan murid-murid yang lain langsung sirna. Mereka sadar mengapa sang guru paling mencintai muridnya yang satu ini.
Teman-teman sekalian, andaikan saja semua orang di Indonesia berperilaku seperti murid ini tadi, maka masalah korupsi yang menjadi musuh kita bersama akan segera selesai. Merasakan kehadiran Tuhan adalah wujud tertinggi dari kejujuran dan integritas seseorang. Perilaku ini seringkali kita tunjukkan saat berpuasa. Bukankah tak ada orang yang tahu kalau kita menelan seteguk air? Namun betapapun kita tak mau melakukannya karena kita tahu Tuhan senantiasa ada di dekat kita. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan bertakwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar