Minggu, 28 Maret 2010

Harus Optimis


Assalamualaikum, wr.wb
Malam ini pukul 23.32 WIB Minggu 28 Maret 2010, terinspirasi dan teringat dengan perjuangan seorang ibu "Suwati" itu nama ibu saya. Yang telah memperjuangkan saya untuk lahir dan bangkit dari tidur dan lelapku saat di kandungannya. Saat di dalam kandungan banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil. Disana kita belajar, mendengar dan merasakan rangsangan dari ibu kita yang selalu membelai kita saat di kandungan itu.

Setelah keluar dari kandungan ibu, perlu diketahui juga bahwa kita ini sudah disuruh belajar oleh Sang Pencipta. Dari mulai bejalar bicara, belajar tengkurap, belajar berdiri, belajar berjalan, belajar berlari... kemudian belajar terbang (maksudnya naik pesawat, hehehe...). Kita bisa bicara mulai dari mengucap "mama", "mimi", "papa", "pipi", dan seterusnya. Kita ini telah melewati rangkaian proses belajar yang sangat luar biasa hingga sampai pada diri kita yang sekarang ini. Yang tidak pernah lepas dari proses belajar tersebut adalah tantangan, hambatan, keterbatasan sumber daya dan uji ketabahan.

Oleh karena itu, kita pasti pernah menghadapi masa-masa sulit dan prihatin. Seperti ketika ingin kuliah, tapi tidak ada biaya. Sementara penghasilan masih pas-pasan untuk makan dan biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Atau ketika kuliah S2 di Perguruan Tinggi favorit yang sangat mahal namun istri sakit, melahirkan, atau yang lain yang membutuhkan banyak biaya. Di saat-saat seperti itulah optimisme dibutuhkan. Optimisme adalah keyakinan diri bahwa kita pasti bisa menghadapi keadaan apa pun yang harus kita hadapi.

Dari sudut pandang kecerdasan emosional; optimisme, seperti harapan, berarti memiliki pengharapan yang kuat bahwa secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan beres, kendati ditimpa kemunduran dan frustasi. Optimisme merupakan sikap yang menyangga orang agar jangan sampai terjatuh ke dalam kemasabodohan, keputusasaan, atau depresi bila dihadang kesulitan.

Martin Seligman, ahli psikologi di University of Pennsylvania menyimpulkan bahwa orang yang optimis menganggap kegagalan disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah sehingga mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang; sementara orang yang pesimis menerima kegagalan sebagai kesalahannya sendiri, menganggapnya berasal dari pembawaan yang telah mendarah daging yang tidak dapat mereka ubah. Demikianlah hal penting mengenai optimisme yang dijelaskan Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence, yang pada awal kemunculannya membuat heboh dunia.

Banyak pelajar kita yang merasakan betapa pedihnya ketika tamat SMA ingin melanjutkan kuliah, tapi tidak ada biaya. Akhirnya mereka terpaksa harus masuk Hard University atau universitas kehidupan yang berhadapan langsung dengan kesulitan, persaingan dan kerasnya kehidupan. Jika mereka masih menyimpan impian, harapan dan tetap optimis bahwa suatu hari nanti pasti ada jalan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, pasti akan terbuka jalan untuk mewujudkan impian itu. Namun sebaliknya, jika keinginan untuk melanjutkan kuliah lagi telah padam maka hampir bisa dipastikan, sampai SMA saja pendidikan formal mereka.

Masih banyak anak muda yang bernasib kurang beruntung. Misalnya mengalami keterbatasan ekonomi, walaupun otaknya mungkin cerdas dan ingin menempuh pendidikan setinggi mungkin tetapi terpaksa mengubur impiannya karena keterbatasan tersebut. Harapannya terkubur oleh kekurangan, optimismenya terkikis oleh keadaan. Akhirnya mereka menjalani hidup apa adanya, yang penting bisa makan, berpakaian dan hidup seperti orang pada umumnya. Padahal sesungguhnya mereka bisa berbuat lebih dari itu. Ini hanyalah sebagai gambaran bahwa sikap optimis itu sangat diperlukan jika kita didera berbagai masalah dan kesulitan. Oleh karena itu, kita harus tetap optimis dalam menatap masa depan; tidak loyo, putus asa, atau pasrah secara pasif dalam menghadapi nasib yang kurang menguntungkan. Lihat bangsa Jepang yang hancur porak poranda setelah di bom atom ketika Perang Dunia II, tetapi mereka bisa bangkit dan maju seperti sekarang.

Sikap mental orang pesimis menjurus kepada keputusasaan, sikap mental orang optimis memancarkan harapan. Sikap mental kedua, yaitu orang optimis yang harus kita peluk erat. Optimis sepanjang waktu akan membuat kita tetap bersemangat menjalani hari-hari yang kadang kita rasa membosankan. Saat kita di berada bawah, mungkin kita tidak suka, apalagi menikmatinya. Saat kita menjadi orang yang disuruh-suruh, ditekan, harus begini dan begitu; menuruti apa pun kata bos atau atasan kita... lama-lama mana tahan! Di saat seperti itulah kita butuh kesabaran ekstra, dan sekali lagi, tetap optimis bahwa tidak selamanya kita akan sepeti itu. Kita harus berubah dan bergerak maju; itu harga mati yang harus dibayar jika kita tidak ingin selalu menjadi orang yang diinjak-injak harga diri dan kebebasannya. Namun, mana mungkin kita akan maju jika kita loyo? Mana mungkin kita menjadi lebih baik dan berkualitas jika kita pesimis? Mana mungkin kita sukses jika kita tidak punya harapan?

Optimislah sepanjang waktu karena optimis itu melahirkan semangat untuk menjalani dan mengisi setiap waktu hidup kita dengan prestasi terbaik. Apa pun profesi kita saat ini, dengan optimisme kita akan melakukan perkerjaan dengan sebaik-baiknya. Kita tidak takut menghadapi tantangan. Kita tidak miris menghadapi dunia yang selalu berubah dan menuntut perubahan diri kita juga. Jaman dahulu orang bepergian naik hewan, seperti kuda, keledai atau onta. Di abad 20, manusia sudah sampai di bulan, dan sekarang dunia seakan tak berjarak dengan canggihnya teknologi informasi. Internet sudah menjangkau di seluruh pelosok dunia.

Jika teknologi saja terus berkembang maka mau tidak mau pikiran kita juga harus berkembang. Pikiran yang berkembang adalah milik orang-orang yang optimis sepanjang waktu, tidak peduli ekonomi sedang makmur maupun krisis. Kitalah yang harus menjadi orang-orang yang optimis tersebut; yang senantiasa menatap masa depan dengan penuh harapan dan persepsi bahwa masa depan adalah masa yang penuh kesuksesan bagi kita.

Kita harus selalu memiliki keyakinan bahwa hari esok selalu labih baik dari sekarang dan masa depan pada akhirnya adalah masa-masa indah yang bertabur kesuksesan. Kita tidak punya pilihan jika ingin sukses, yakni dengan menjadikan hari esok selalu lebih baik dari sekarang. Karena jika hari ini sama dengan kemarin, kita termasuk orang yang rugi. Dan apabila hari ini lebih buruk dengan hari kemarin maka kita termasuk orang yang celaka (bangkrut).

Berusahalah untuk senantiasa berubah menjadi lebih baik waktu demi waktu sehingga hidup kita juga akan berubah. Apa pun definisi kesuksesan menurut kita, untuk mencapainya kita dituntut untuk berubah sehingga kita memiliki kualitas diri yang layak mendapatkan kesuksesan yang kita idam-idamkan tersebut.

Tetaplah optimis, Allah selalu bersama kita!

Tidak ada komentar:

 
 

© Heru Cahyono Copyright by "Gerakan Pelajar Kreatif"

Template by Blogger Templates | Blog-HowToTricks